
Tren Operasi LASIK di Indonesia: Antara Gaya Hidup, Teknologi, dan Kesadaran Kesehatan Mata
Jakarta, 2025 — Dalam lima tahun terakhir, Indonesia mengalami lonjakan minat terhadap operasi LASIK, prosedur koreksi penglihatan dengan teknologi laser yang memungkinkan seseorang terbebas dari kacamata atau lensa kontak. Fenomena ini bukan hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, tetapi juga mulai merambah kota-kota lainnya.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kualitas hidup dan penampilan, masyarakat Indonesia kini menaruh perhatian lebih besar pada kesehatan mata. LASIK pun menjadi simbol kemajuan teknologi medis dan gaya hidup modern.
Dari Kacamata ke Laser: Perubahan Pola Hidup Masyarakat
Dulu, penggunaan kacamata sering dianggap hal biasa—bahkan menjadi bagian dari identitas seseorang. Namun, di era media sosial dan mobilitas tinggi, banyak orang menginginkan kenyamanan dan kebebasan dari alat bantu penglihatan.
LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) bekerja dengan cara mengubah bentuk kornea mata menggunakan sinar laser, agar cahaya bisa difokuskan tepat di retina. Dengan demikian, gangguan seperti rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), dan silinder (astigmatisme) bisa dikoreksi tanpa perlu alat bantu penglihatan.
Teknologi LASIK yang Semakin Canggih
Prosedur LASIK pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada akhir 1990-an. Namun, popularitasnya melonjak sejak munculnya versi modern seperti FemtoLASIK dan ReLEx SMILE.
Teknologi FemtoLASIK menggunakan femtosecond laser untuk membuat flap (lapisan tipis kornea) tanpa pisau, sehingga mengurangi risiko luka dan mempercepat penyembuhan. Sementara itu, ReLEx SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) adalah generasi terbaru yang hanya memerlukan sayatan kecil 2–4 mm, tanpa membuat flap sama sekali.
Menurut data dari beberapa klinik mata besar, termasuk Rumah Sakit Mata Nusantara dan Klinik SILC Jakarta, permintaan operasi LASIK meningkat hingga 35% dalam tiga tahun terakhir. Sebagian besar pasien berusia antara 22 hingga 40 tahun—kelompok usia produktif yang aktif menggunakan gadget dan bekerja di depan layar.
Biaya dan Akses: Mewah, tapi Makin Terjangkau
Meskipun masih tergolong sebagai prosedur medis dengan biaya tinggi, LASIK kini makin mudah dijangkau berbagai kalangan.
Berdasarkan data tahun 2025 dari OCBC dan Eyelink Indonesia:
Meski begitu, biaya total dapat meningkat tergantung pada fasilitas, reputasi dokter, serta perawatan pascaoperasi. Untuk dua mata, rata-rata pasien bisa menghabiskan Rp 30–50 juta termasuk pemeriksaan pra-LASIK dan kontrol pascaoperasi.
Manfaat yang Nyata dan Pemulihan yang Cepat
Banyak pasien yang mengaku hasil LASIK langsung terasa dalam waktu singkat. Prosedur LASIK sendiri berlangsung cepat—rata-rata hanya 10–15 menit per mata, tanpa rasa sakit karena pasien diberi anestesi tetes. Pasien umumnya bisa kembali beraktivitas ringan dalam 1–2 hari dan pulih total dalam waktu sekitar satu minggu.
Risiko dan Batasan yang Perlu Diwaspadai
Meski tergolong aman, LASIK bukan tanpa risiko. Dokter tetap menekankan pentingnya pemeriksaan menyeluruh sebelum menjalani operasi.
Beberapa efek samping yang bisa muncul antara lain:
Pasien juga disarankan berhenti memakai lensa kontak selama 1–2 minggu sebelum pemeriksaan pra-LASIK agar hasil pemetaan kornea lebih akurat.
Tren Gaya Hidup dan Pengaruh Media Sosial
Tak dapat dipungkiri, media sosial turut memengaruhi tren LASIK di kalangan muda. Banyak influencer atau selebritas membagikan pengalaman positif mereka, lengkap dengan video dokumentasi proses operasi. Hal ini mendorong lebih banyak orang untuk mencoba.
Namun, pakar kesehatan mengingatkan agar masyarakat tidak tergoda oleh tren semata. LASIK tetap merupakan tindakan medis yang perlu pertimbangan matang dan konsultasi profesional.
Masa Depan Operasi Mata di Indonesia
Kemajuan teknologi terus membuka peluang baru di bidang bedah refraktif. Beberapa klinik di Indonesia kini mulai memperkenalkan teknologi Contoura Vision LASIK, yang menggunakan peta digital kornea dengan tingkat presisi tinggi hingga 22.000 titik pengukuran.
Dengan perkembangan ini, masa depan LASIK di Indonesia terlihat cerah. Permintaan terus meningkat, terutama di kalangan profesional muda, pelajar, dan pekerja kreatif yang membutuhkan penglihatan tajam tanpa batasan alat bantu optik.
Namun, para ahli sepakat bahwa edukasi publik tetap menjadi kunci. Pemeriksaan mata rutin, gaya hidup sehat (seperti menjaga asupan vitamin A dan omega-3), serta pembatasan waktu layar akan tetap menjadi fondasi kesehatan mata, bahkan di era teknologi bedah canggih.
Kesimpulan
Tren operasi LASIK di Indonesia mencerminkan perpaduan antara kemajuan teknologi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kesadaran akan kesehatan mata.
Meski biayanya relatif tinggi, banyak orang menilai hasilnya sepadan dengan kualitas hidup yang meningkat.
Seperti halnya inovasi medis lain, LASIK menuntut keseimbangan antara harapan dan realita. Dengan konsultasi yang tepat dan pemahaman menyeluruh, masyarakat Indonesia kini memiliki lebih banyak pilihan untuk melihat dunia dengan lebih jernih—tanpa batas kaca atau lensa.
Sumber: